Langsung ke konten utama

Tips Praktis dan Strategi Belajar Efektif Menurut Neurosains dan Psikologi

tips belajar
Learning is a lifelong journey, and the ability to learn is the most valuable skill you can acquire.


Belajar adalah keterampilan yang terus kita gunakan sepanjang hidup. Namun, seringkali kita mengalami kesulitan ketika belajar, dan biasanya bukan cuma karena materinya saja. Kita malah sering tidak bisa belajar karena kita tidak bisa belajar dengan lebih efektif dan efisien.

Buku Learning to Learn karya Barbara Oakley dan Terrence Sejnowski memiliki 12 bab. Keduanya adalah pakar neurosains terkemuka yang membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka dari hasil studi dan pengamatannya. Di dalamnya terdapat berbagai gagasan yang menawarkan pandangan mendalam berdasarkan neurosains dan psikologi untuk membantu kita memahami cara belajar yang lebih baik. 

Dalam buku ini, Oakley dan Sejnowski berbagi banyak strategi, seperti manajemen waktu yang tepat, teknik belajar yang efektif, dan pola pikir positif, supaya kita bisa meningkatkan hasil belajar. Salah satunya adalah gagasan yang disebut Retensi Memori.

Retensi memori ini adalah kemampuan kita untuk menyimpan dan mengakses informasi yang sudah dipelajari atau pengalaman yang telah dijalani. Memori ini memiliki dua jenis yaitu memori jangka panjang (Long-term memory retention) dan memori jangka pendek (Short-term memory retention).

Jenis memori jangka panjang ini mengacu pada kemampuan otak kita untuk mengingat data untuk waktu yang lama, biasanya bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Memori ini tersimpan di berbagai bagian otak, seperti hippocampus dan struktur lain di lobus temporal. Sementara memori jangka pendek mengacu pada kemampuan otak kita untuk mengingat informasi selama waktu yang lebih singkat dan biasanya hanya beberapa detik hingga beberapa menit.  Memori jangka pendek dianggap tersimpan di korteks prefrontal dan bagian otak lainnya.

Salah satu tips dan strategi belajar efektif yang diberikan dalam buku ini adalah berfokus pada retensi memori tadi. Kenapa retensi memori penting untuk kita belajar?

Retensi memori adalah aspek penting dalam proses belajar, jadi mempertahankan dan memperkuatnya pun jadi sangat penting. Ada berbagai strategi yang dapat kita gunakan untuk memastikan informasi yang kita pelajari tetap bertahan dalam ingatan kita. Apa saja?

1. Pengulangan (Repetition)

Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan retensi adalah melalui repetisi, atau kita biasa menyebutnya dengan mengulang. Ini bisa melibatkan mengulang informasi dengan suara keras, membaca ulang catatan atau materi, atau berlatih keterampilan hingga menjadi otomatis. Repetisi membantu menguatkan jejak memori di otak, sehingga informasi lebih mudah diingat dalam jangka waktu yang lama.


2. Organisasi (Organization)

Mengorganisir informasi ke dalam kategori atau membuat asosiasi antar bagian informasi dapat membantu meningkatkan retensi. Ini bisa melibatkan pembuatan model mental atau kerangka kerja untuk menghubungkan dan mengaitkan informasi. Dengan struktur yang jelas, otak kita dapat lebih mudah menyimpan dan mengingat informasi.


3. Koneksi (Connection)

Menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah ada dapat membantu meningkatkan retensi. Ini bisa melibatkan membuat koneksi antara berbagai bagian informasi, atau mengaitkan informasi baru dengan pengalaman pribadi atau minat. Koneksi ini membantu memperkuat memori dengan memberikan konteks yang lebih kaya.


4. Penggunaan (Utilization)

Menggunakan informasi yang telah dipelajari dapat membantu meningkatkan retensi. Ini bisa melibatkan menerapkan informasi dalam cara yang praktis, seperti melalui pemecahan masalah atau kegiatan kreatif. Dengan mengaplikasikan pengetahuan, kita dapat memperkuat pemahaman kita dan membuat informasi lebih mudah diingat.


5. Latihan (Rehearsal)

Mengulang informasi, baik dengan mengucapkannya dengan suara keras atau dalam pikiran, dapat membantu meningkatkan retensi. Ini bisa melibatkan meninjau kembali materi secara rutin, berlatih keterampilan atau aktivitas, atau membaca ulang catatan atau informasi. Pengulangan secara teratur membantu memperkuat ingatan dan menjaga informasi tetap segar dalam pikiran kita.


Nah dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita bisa meningkatkan kemampuan kita untuk mempertahankan dan mengingat informasi. Retensi memori yang baik tidak cuma membantu dalam proses belajar, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Jadi, mulai sekarang, yuk coba untuk menerapkan strategi-strategi ini dan lihat perbedaannya dalam kemampuan memori kita.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Warna pada Ilustrasi Buku Anak

Sumber: mandira.id Pernahkah kita bertanya "Kenapa buku anak-anak selalu penuh warna?" Bahkan, sebagai orang dewasa, seringkali kita tertarik dengan sampul-sampul buku yang berwarna-warni. Faktanya, berdasarkan penelitian, warna memang bisa merangsang kecerdasan dan literasi pada anak.  Peneliti menyebutkan anak-anak lebih mampu mengklasifikasikan dan mengembangkan konsep-konsep tertentu di dunia nyata berdasarkan warna ketimbang bentuk dan fungsi suatu objek. Mereka dapat memahami makna simbolis dan disepakati secara universal. Misalnya ketika mereka melihat tiga warna pada rambu lalu lintas. Semua orang, secara konvensional, menyepakati bahwa lampu merah menandakan berhenti, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan jalan. Konvensi ini muncul karena manusia dengan penglihatan warna normal, tidak buta warna, bisa membedakan lebih dari enam juta warna. Artinya pengenalan visual warna bisa dilakukan sejak dini, alias ketika masih bayi. Meski begitu, sistem

Membaca buku fisik di era digital, masihkah relevan?

                 Sumber: freepik.com Sejak pertama kali purwarupa komputer diciptakan di tahun 1822 oleh Charles Babbage, komputer dan media penyimpanan data sudah mengalami evolusi yang luar biasa. Di tahun 1990an, media penyimpanan terpopuler adalah floppy disk. Alhasil menyimpan data dengan ukuran besar bisa mengunakan dua atau tiga buah floppy disk. Tas kuliah atau kerja pun terasa semakin besar dan berat. Perubahan pun terjadi dengan cepat. Di era 21 ini, semua data sudah tersimpan di "awan" alias cloud storage. Semuanya menjadi cepat, mudah, dan ringkas. Apapun jenis data yang disimpan atau dibutuhkan bisa segera diakses dalam hitungan detik dimana pun kita berada. Begitu juga dengan buku yang mengalami evolusi, dari tablet tanah liat menjadi buku digital. Buku digital sudah mulai dikenal sejak akhir tahun 1990an ketika perusahaan penerbitan Peanut Press menjual buku-bukunya dalam bentuk digital. Para pembaca menggunakan sebuah perangkat cerdas bernama Perso

Psikoanalisis di Ranah Kritik Sastra? Bisa!

Foto: Lee Gatlin via Pinterest "Miss, ada kemungkinan nggak kalau Lolita itu yang mentalnya bermasalah dan bukan cuma si Humbert?" "Aku pernah baca kalau Alice itu kena schizophrenia, bener Miss?" "Miss, Dr. Jekyll itu ngalamin disassociated personality nggak sih?" Saya masih ingat banyak pertanyaan dari kawan-kawan mahasiswa ketika membahas salah satu kajian kritik sastra. Psikoanalisis. Entah kenapa kritik sastra ini pernah naik daun sampai-sampai hampir satu angkatan menggunakan pendekatan ini. Tiga pertanyaan di atas berkaitan dengan novel Lolita karya Vladimir Nabokov, Alice in The Wonderland karya Lewis Carroll dan Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson. Ketiganya memang memaparkan gejala-gejala masalah kejiwaan dalam alurnya.  Tokoh-tokoh dalam karya sastra tidak pernah memiliki jiwa, tetapi cara penulis membangun karakter dan karakterisasinya membuat mereka seolah hidup. Mereka hanyalah tokoh fiksi a