Langsung ke konten utama

Tema Perempuan Berdaya Pada Bacaan Anak, Apakah Perlu?

 Women are the real architects of society. (Harriet B. Stowe)

Belakangan banyak sekali berita berseliweran di media massa dan media sosial tentang kekerasan terhadap perempuan. Di Indonesia sendiri permasalahan yang dihadapi perempuan, baik dewasa maupun remaja dan anak-anak, sangat banyak. Ketimpangan dan sterotip gender, kesenjangan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan adalah sedikit dari sekian banyak masalah yang dihadapi perempuan sehari-hari. 

Sayangnya memang banyak orang masih menormalisasi kondisi yang dihadapi perempuan ini. Bahkan perempuan sendiri terpaksa memilih untuk bungkam ketika mengalaminya dengan berbagai alasan. Padahal seperti yang disebutkan oleh Harriet Beecher Stowe, perempuan adalah arsitek masyarakat yang sesungguhnya.

Peran perempuan seringkali dipandang sebelah mata padahal kontribusinya di ranah domestik saja tidak tergantikan. Perempuan memang lebih banyak dipandang sebagai sosok yang lekat dengan pengasuhan tanpa memiliki peran lain di masyarakat. Itu sebabnya baik perempuan sendiri juga masyarakat perlu disadarkan bahwa diri dan peran mereka sangat penting. Inilah bentuk dari konsep nature dan nurture di sekitar kita.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengangkatnya sebagai sebuah tema tersendiri. Laman dan aplikasi Let's Read sebagai salah satu penyedia buku bacaan digital mengakomodir pesan ini. Dengan memasukkan 15 cerita anak ke dalam kategori tema perempuan berdaya, orang tua dan anak-anak dapat mengetahui perempuan pun bisa hebat dan dilihat.

Saya sendiri membacakan nyaring kelima belas cerita ini kepada si kecil. Alhasil tidak hanya dia sadar diri bahwa dia seorang perempuan karena memiliki karakteristik fisik seperti para tokoh utama, tetapi juga menyadari dia bisa melakukan apapun yang dia minati tanpa dihakimi. Berdasarkan pembacaan pribadi, saya mengenali setidaknya 15 cerita ini membawa 3 pesan utama terkait pemberdayaan perempuan berdasarkan konsep nature dan nurture.

Perempuan dan Alam

Dalam konsep nature, perempuan secara alamiah memang lekat dengan alam karena karakteristiknya yang lembut dan peka. Perempuan mendapat stereotip lebih terikat dengan alam dan lingkungan karena naluri keibuannya ketimbang laki-laki. Perempuan memang memiliki karakteristik itu dan bisa menggunakannya demi kehidupan semua makhluk hidup.

Meski mereka memiliki interaksi lebih dekat dengan alam, bukan berarti mereka tidak bisa terlibat dalam bidang sains dan teknologi. Kontribusi mereka dalam menjaga dan merawat alam dilakukan tidak hanya secara tradisional sebagaimana dalam konsep nurture. Mereka cerdas dan sigap dalam menggunakan apapun yang ada di sekitarnya untuk mekukan konservasi dan keberlanjutan kehidupan.

Pada cerita Cepatlah Tumbuh, Benih Istimewa, Gadis Penyulut Lentera, Oma dan Belalang, Kolam Ikan Kakek, para tokohnya menunjukkan kepedulian dan kemampuan mereka terhadap alam dan lingkungan. Mereka mampu mengenali masalah yang terjadi dan berupaya mencari solusi.

Sama halnya dengan Sumi, Nora pada Gadis Penyulut Lentera tinggal di sebuah desa dimana listrik belum masuk. Setiap kali Nora dan siapapun di desanya keluar di malam hari, mereka harus mengandalkan obor. Nora tidak segan untuk bereksperimen mencari cara tepat menerangi jalan supaya semua orang di desanya tidak lagi kesulitan berjalan ketika malam datang. 

Tokoh Sumi pada Cepatlah Tumbuh mencari tahu sebab tanamannya tidak tumbuh dengan baik. Dia menyadari bahwa tanaman Mbak Kinan tumbuh subur jika dibandingkan dengan miliknya. Mbak Kinan adalah seorang mahasiswa pertanian sekaligus petani organik bersama teman-temannya. Sumi diajari cara membuat media tanam yang tepat sehingga tanamannya dapat tumbuh dengan baik dan subur. 

Begitu juga pada cerita Kolam Ikan Kakek yangmana tokoh Neng berhasil mengetahui penyebab kolam kakek meluap. Neng menggunakan pengalamannya bersama kakek dan Kang Ujang di waktu lalu untuk mengatasi masalahnya. Dia tidak ragu untuk masuk ke dalam kolam dan menggunakan kedua tangannya untuk menangkap ikan dengan tangan. 

Ketiga tokoh ini memang masih kecil tetapi kepekaan dan kemampuannya belajar melalui alam dan pengalaman tidak bisa disepelekan. Sama halnya dengan tokoh Oma pada cerita |Oma dan Belalang. Oma selalu menjadi sosok yang diandalkan warga kampung begitu juga ketika wabah belalang menyerang. 


Ragam Potensi dan Profesi Perempuan

Semua profesi sebenarnya bisa menjadi pilihan yang layak untuk perempuan. Setiap orang berhak untuk memilih karir sesuai minat, bakat dan ambisinya. Sayangnya masih ada anggapan di masyarakat yang membuat perempuan berpikir bahwa perempuan lebih cocok untuk bekerja di bidang kesehatan, pendidikan atau pengasuh.

Tentunya semua ini dikaitkan dengan pengaruh konsep nature yangmana faktor biologis seperti organ reproduksi dan hormon terlibat penuh dalam ekspresi emosi, insting maternal. Profesi yang berkaitan dengan konsep nature ini padahal juga berkaitan dengan predisposisi genetik. Predisposisi genetik ini menunjukkan adanya perbedaan individual secara kognitif, kepribadian dan fisik yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Faktor biologis dan predisposisi genetik ini sebenarnya dapat memperlihatkan potensi awal dari seorang individu. Sayangnya faktor lingkungan seperti keluarga, pendidikan, kesempatan, pengalaman dan lingkungan sekitar membuat seorang perempuan memiliki peran yang terbatas. Namun melalui beberapa cerita ini anggapan itu bisa perlahan diubah.

Pada cerita Brum! Brum!, kita menyimak bawa seorang perempuan bisa berperan di masyarakat sepertihalnya laki-laki. Alma menjadi seorang pengemudi ojek online bersama motornya, Si Biru. Dia bisa berkendara dengan terampil membawa penumpang bahkan di jalanan sulit dan cuaca hujan. 

Begitu juga dengan sosok Dadong Sari dalam cerita Dadong Perkasa. Dadong Sari adalah seorang  buruh angkut barang di pasar yang tanpa sengaja ditabrak Yesi. Melalui sudut pandang Yesi, Dadong Sari adalah seorang nenek  perkasa yang bisa mengangkat beban berat di kepalanya. Yesi menyadari betapa sulitnya Dadong Sari bekerja dan membantunya menyelesaikan pekerjaan. 

Arum sebagai tokoh utama dalam cerita Suatu Hari di Bengkel menunjukkan bawhwa dia bisa membantu ayahnya di bengkel. Kemampuan Arum melihat situasi dan kondisi membuat pekerjaan Bapak menjadi lebih mudah. Dia juga bisa membantu Bapak memeriksa rem, mencari lubang pada ban dalam, bahkan mengenali setiap perkakas yang dipakai Bapak.

Naning Ingin Seperti Ibu menceritakan kekaguman Naning terhadap ibunya yang menjadi seorang nelayan perempuan. Menurutnya ibu adalah seorang perempuan serba bisa dan kuat, Naning mengira dirinya yang kecil tidak bisa membantu ibu. Namun ibu mengajarinya bersiap-siap sebelum pergi melaut, menebar jala, menarik jala dan kembali ke darat untuk menjual ikan. 

Dari keempat cerita ini, perempuan bisa berperan dan berprofesi apapun meski dianggap tubuhnya tidak sekuat laki-laki. Bahkan melalui tokoh Kapisa dalam cerita Bukan Halangan membuktikan faktor biologisnya sebagai perempuan tidak membuatnya berhenti bertanding basket. Kapisa dapat mengatasi rasa sakitnya ketika menstruasi, tetap berlatih dan memenangkan pertandingan basket.  


Perempuan Mampu Berpikir Kritis 

Mengacu pada konsep nature atau segala sesuatu terkait faktor biologis perempuan, perempuan dan perannya sering mendapat stereotip. Mereka seolah sangat terikat pada pola norma, nilai, persepsi dan ekspektasi padahal mereka memiliki minat, bakat dan potensi. Perempuan dianggap tidak bisa berpikir logis dan kritis karena kecenderungannya melibatkan emosi. 

Pada cerita berjudul Taktik Jitu, dan Perang!, kedua tokoh utamanya adalah seorang anak perempuan berperan di ranah domestik. Mora adalah seorang anak perempuan sulung dan memiliki adik kembar, Togi dan Roma. Dia menjadi sering terlambat berlatih sepak bola karena harus menjaga adik kembarnya selagi ibu memasak, menjaga warung atau lainnya. 

Kedua adiknya memang masih sangat kecil sehingga belum bisa sepenuhnya diberi tanggungjawab. Mora tidak ingin mengorbankan sepak bola untuk sekedar merapikan mainan adik-adiknya. Dia berhasil membuat solusi untuk masalahnya dengan mengajak adik kembarnya membereskan mainan mereka lewat permainan. 

Serupa dengan Mora, Galuh dalam Perang! bertugas untuk menjaga gabah yang sedang dijemur dari serangan ayam. Padahal Galuh ingin menonton siaran langsung pawai militer yang ditayangkan di televisi. Dia tidak ingin abai pada tugasnya tapi juga tidak ingin siaran pawai terlewat. Ketika Galuh memilih menonton, ayam-ayam mendekati dan memakan gabahnya.

Ketika Galuh menjaga gabah-gabah itu, dia melewatkan acaranya. Beberapa kali usahanya gagal, sampai dia membuat benteng sekitar gabah dan kaleng berisi kerikil untuk mengusir ayam jantan. Alhasil dia dapat menjalankan tugasnya selagi menonton siaran pawai  dengan bersamaan.

Pada cerita Bukan Jamu Biasa, Tinuk ingin memiliki uang saku tambahan supaya bisa menabung lebih banyak. Tabungannya akan dibelikan sebuah sepeda baru, tetapi hari itu jamu buatan ibu tidak habis terjual. Uang hasil penjualan ibu hari itu juga sedikit sehingga Tinuk berusaha membantu ibu dengan menawarkan pada semua temannya.

Sayangnya teman-teman Tinuk hanya menyukai jamu manis, sehingga dia bereksperimen untuk membuat jamu yang disukai anak-anak. Eksperimen Tinuk gagal dan dia harus mengganti bahan-bahan jamu ibu dengan uang tabungannya. Kemudian dia mendapat ide supaya jamu ibu terjual banyak dan dinikmati kapanpun. Tinuk menjualnya dalam kemasan botol dengan mencantumkan nama ibunya sehingga para pelanggan ibu bisa mengenalnya.

Tabungannya berkurang banyak dan Tinuk harus mempromosikan jamu-jamu itu supaya segera terjual habis. Sedikit demi sedikit tabungannya bertambah dan sepeda impiannya terbeli, ibu pun bisa memakai sepedanya untuk berjualan jamu.

Menyimak ketiga tokoh dalam cerita di atas, apapun tugas yang diembannya di ranah domestik kenyataannya mereka bisa berpikir kritis. Tidak hanya kritis tapi juga kreatif dan solutif sehingga tidak ada satu pun dari impian atau keinginannya yang dikorbankan. 

Membacakan cerita-cerita ini pada anak-anak kita, khususnya para anak perempuan, tentunya bisa menginspirasi mereka. Kita pun bisa mencoba melakukan eksperimen-eksperimen yang dilakukan para tokoh dalam cerita. 

Kita pun semakin menyadari dan membuktikan bahwa perempuan seperti juga laki-laki dapat berperan dan berprofesi apapun. Kondisi fisik dan karakteristik kita sebagai perempuan tidak menjadi halangan untuk berkreasi dan berdaya untuk diri sendiri juga lingkungan. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Warna pada Ilustrasi Buku Anak

Sumber: mandira.id Pernahkah kita bertanya "Kenapa buku anak-anak selalu penuh warna?" Bahkan, sebagai orang dewasa, seringkali kita tertarik dengan sampul-sampul buku yang berwarna-warni. Faktanya, berdasarkan penelitian, warna memang bisa merangsang kecerdasan dan literasi pada anak.  Peneliti menyebutkan anak-anak lebih mampu mengklasifikasikan dan mengembangkan konsep-konsep tertentu di dunia nyata berdasarkan warna ketimbang bentuk dan fungsi suatu objek. Mereka dapat memahami makna simbolis dan disepakati secara universal. Misalnya ketika mereka melihat tiga warna pada rambu lalu lintas. Semua orang, secara konvensional, menyepakati bahwa lampu merah menandakan berhenti, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan jalan. Konvensi ini muncul karena manusia dengan penglihatan warna normal, tidak buta warna, bisa membedakan lebih dari enam juta warna. Artinya pengenalan visual warna bisa dilakukan sejak dini, alias ketika masih bayi. Meski begitu, sistem

Membaca buku fisik di era digital, masihkah relevan?

                 Sumber: freepik.com Sejak pertama kali purwarupa komputer diciptakan di tahun 1822 oleh Charles Babbage, komputer dan media penyimpanan data sudah mengalami evolusi yang luar biasa. Di tahun 1990an, media penyimpanan terpopuler adalah floppy disk. Alhasil menyimpan data dengan ukuran besar bisa mengunakan dua atau tiga buah floppy disk. Tas kuliah atau kerja pun terasa semakin besar dan berat. Perubahan pun terjadi dengan cepat. Di era 21 ini, semua data sudah tersimpan di "awan" alias cloud storage. Semuanya menjadi cepat, mudah, dan ringkas. Apapun jenis data yang disimpan atau dibutuhkan bisa segera diakses dalam hitungan detik dimana pun kita berada. Begitu juga dengan buku yang mengalami evolusi, dari tablet tanah liat menjadi buku digital. Buku digital sudah mulai dikenal sejak akhir tahun 1990an ketika perusahaan penerbitan Peanut Press menjual buku-bukunya dalam bentuk digital. Para pembaca menggunakan sebuah perangkat cerdas bernama Perso

Psikoanalisis di Ranah Kritik Sastra? Bisa!

Foto: Lee Gatlin via Pinterest "Miss, ada kemungkinan nggak kalau Lolita itu yang mentalnya bermasalah dan bukan cuma si Humbert?" "Aku pernah baca kalau Alice itu kena schizophrenia, bener Miss?" "Miss, Dr. Jekyll itu ngalamin disassociated personality nggak sih?" Saya masih ingat banyak pertanyaan dari kawan-kawan mahasiswa ketika membahas salah satu kajian kritik sastra. Psikoanalisis. Entah kenapa kritik sastra ini pernah naik daun sampai-sampai hampir satu angkatan menggunakan pendekatan ini. Tiga pertanyaan di atas berkaitan dengan novel Lolita karya Vladimir Nabokov, Alice in The Wonderland karya Lewis Carroll dan Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson. Ketiganya memang memaparkan gejala-gejala masalah kejiwaan dalam alurnya.  Tokoh-tokoh dalam karya sastra tidak pernah memiliki jiwa, tetapi cara penulis membangun karakter dan karakterisasinya membuat mereka seolah hidup. Mereka hanyalah tokoh fiksi a