Langsung ke konten utama

5 Fakta Sejarah Dalam Novel Miss Peregrine's Home For Peculiar Children

We were like astronauts floating through a starless universe.

Fakta dan fiksi seringkali susah dipisahkan ketika kita membaca sebuah karya. Memang garis antara keduanya sangat tipis bahkan bisa membuat kita terkecoh. Namun dalam proses kreatif seorang penulis, sangat mungkin tokoh, peristiwa dan tempat di kehidupan nyata menjadi inspirasinya.

Salah satu karya fantasi yang menurut saya sangat menarik adalah novel seri karya Ransom Riggs. Novel pertamanya Miss Peregrine's Home for Peculiar Children ini pertama kali terbit tahun 2011. Saya sendiri baru membacanya sekitar awal tahun 2012 dalam versi bahasa Inggris. Kali pertama melihat sampul bukunya, saya pikir ini adalah sebuah novel bergenre horor atau thriller. 

Ternyata setelah tuntas membaca, kesan yang dirasa justru tidak menakutkan sama sekali, Tahun lalu saya menuntaskan kembali buku ini dan menemukan beberapa fakta menarik terkait sejarah Eropa dalam novel ini. Riggs memang membuat latar cerita keberadaan Miss Peregrine, para ymbryne dan anak-anak aneh di tahun 1939 - 1940.


Pulau Cairnholm (Cairnholm Island)

Pulau ini disebut pertama kali dalam kisah Abe Portman, kakek dari Jacob Portman si tokoh utama. Jacob berpetualang di pulau ini hingga akhirnya bertemu dengan Miss Peregrine, seorang perempuan yang mengasuh anak-anak bertalenta aneh.

Berdasarkan deskripsi dalam novel, pulau ini berada di pesisir Wales. Lokasinya terpencil dan tersembunyi dengan lanskap berbatu sehingga menjadi tempat yang berlindung. Tentunya pulau ini adalah sebuah tempat fiksi dan ciptaan Riggs, tetapi berdasarkan deskripsi dalam cerita faktanya ada tiga pulau kecil yang menyerupai Cairnholm.

Pertama, Skomer Island yang berada di pesisir Pembokeshire, Wales. Pulau ini cukup mirip dengan deskripsi dalam cerita karena selain terpencil dan berbatu, burung puffin dan anjing laut menjadi adalah penghuni aslinya. Belum lagi adanya tumbuh-tumbuhan yang jarang ditemukan di tempat lain karena berada di tebing-tebing batu.

Kedua, Bardsey Island atau Ynys Enlli berada di Semenanjung Llyn di Wales bagian barat laut. Selain lanskap berbatu dengan tebing-tebing curam, padang rumput yang luas juga ditempati oleh burung-burung laut, pulau ini memiliki kesan  misterius. Kesan ini berasal dari keberadaan sisa-sisa bangunan gereja, biara dan area pemakaman Santo Cadfan dari abad ke-6.

Ketiga, Caldey Island di pesisir Tenby, Pembrokshire, Wales. Seperti kedua pulau di atas, pulau ini pun memiliki tebing-tebing curam, lanskap berbatu sekaligus padang rumput yang menghijau. Selain itu pulau ini menjadi tempat tinggal para biarawan Cistercian.

Barnardo's Home

Dalam novel, Barnardo's Home hanya disebut satu kali saja ketika Jacob sedang mencari informasi tentang anak-anak yang tinggal di panti asuhan bersama Miss Peregrine. Meski begitu bukan berarti nama ini menjadi tidak penting karena kenyataannya Barnardo's Home memang ada sejak tahun 1867. 

Nama lembaga amal ini didirikan oleh Dr. Thomas John Barnardo di Inggris. Mulanya lembaga ini memberikan perlindungan dan perawatan bagi anak-anak terlantar dan miskin. Berikutnya, lembaga ini berkembang menjadi rumah dan asrama yang memberikan perlindungan, bantuan dan pendidikan kepada ribuan anak yang membutuhkan.

anak-anak korban perang dunia 2
Anak-anak Barnardo's Home akan direlokasi ke rumah lain.


Dalam sejarah Inggris sendiri, Barnardo's Home adalah lembaga yang berevolusi menjadi organisasi amal. Organisasi ini berhasil memperbaiki kehidupan anak-anak dan keluarga yang membutuhkan bahkan memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan mereka. Karenanya organisasi ini menjadi simbol perjuangan dan upaya dalam memperbaiki kondisi anak-anak terlantar dan terpinggirkan.

Sampai sekarang kita masih bisa mencari tahu tentang kiprahnya sebab organisasi ini masih beroperasi dan tidak hanya memusatkan perhatian pada anak-anak di Inggris. Bisa jadi ketertarikan Riggs terhadap Barnados Home awalnya didorong oleh masa lalunya yang kontroversial. Beberapa catatan sejarah menyebutkan organisasi ini melibatkan pengambilan anak-anak dari keluarganya dan memisahkan mereka dari akar budaya dan identitanya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 

Bangkai Kapal Karam dan Kuburan Laut (Naval Graveyard)

Dalam cerita, ada sebuah kecelakaan kapal yang signifikan dan melibatkan kakek Jacob Portman, Abraham Portman. Abe bercerita tentang sebuah pulau misterius tempat Miss Peregrine dan anak-anak aneh tinggal. Abe bercerita juga tentang serangan kapal laut Jerman U-boat terhadap kapal  Empress of the Seas. Selama serangan, banyak kapal tenggelam dan dia adalah satu-satunya awak kapal yang selamat dan diselamatkan oleh anak-anak aneh.

Jacob yang menaiki kapal sangat antusias ketika kru kapal menyampaikan bahwa mereka sedang berada di atas kuburan laut. Sejarah di dunia nyata menyebutkan bahwa selama Perang Dunia II, beberapa kapal tenggelam di sepanjang pantai Wales. Namun selain karena pertempuran laut dan serangan musuh, bangkai-bangkai kapal karam itu juga berasal dari kecelakaan laut. 

Beberapa contoh yang luar biasa adalah tenggelamnya SS Empire Wave pada tahun 1941, HMS Thetis pada tahun 1939, SS Samtampa pada tahun 1947 dan SS Sheldrake pada tahun 1940. Hal yang mengejutkan adalah pada tahun 1943 kapal U-boat Jerman, yang disebutkan Abe Portman, menenggelamkan SS Chrysolite menggunakan torpedo dan bangkai kapalnya terdapat di dasar Teluk Cardigan. 

Hal menarik lainnya adalah sesuai dengan deskripsi tentang pulau Cairnholm dalam cerita, kuburan dan bangkai kapal memang juga ada di sekitar Skomer Island dan Pembrokshire. Di Skomer Island, para penyelam berhasil menemukan bangkai kapal uap Lucy yang tenggelam tahun 1884. Sementara di Pembroshire banyak ditemukan kapal uap abad 19, kapal penjelajah dan kapal perang milik Angkatan Laut Britania Raya.

Blitz (End of Time Loop)

Dalam cerita, salah satu kemampuan Miss Peregrine sebagai ymbryne adalah dia bisa menciptakan lingkaran waktu (time loop). Dia menetapkan lingkaran waktu sebagai perlindungan bagi anak-anak asuhnya. Lingkaran waktu ini selalu berulang pada 3 September 1940. Sayangnya lingkaran waktu ini terhenti ketika rumah Miss Peregrine mendapat serangan udara dari pasukan Nazi. Alhasil, Miss Peregrine, Jacob dan anak-anak asuhnya terpaksa menjalani waktu yang nyata.

Merujuk pada catatan sejarah, 3 September 1940 adalah awal dari peristiwa bersejarah dan dikenal sebagai peristiwa Blitz atau Blitzkrieg.  Blitz dimulai ketika serangan udara Jerman yang berlangsung masif hingga Perang Dunia II di Inggris, dan itulah sebab peristiwa ini disebut sebagai Blitzkrieg atau perang kilat. 

Peristiwa ini berlangsung selama delapan bulan dan menghancurkan beberapa kota di seluruh Inggris, khususnya London dan Coventry. Selain itu, banyak nyawa yang menjadi korban. Target utama serangan ini adalah kota-kota di Inggris dan infrastruktur penting.  Tujuannya adalah untuk melemahkan mental dan moral masyarakat Inggris dan memaksa pemerintah Inggris menyerah.

Seperti Miss Peregrine yang membawa pergi anak-anak untuk menyelamatkan diri. Dalam sejarah Inggris, sebuah operasi militer bernama Pied Piper dilakukan untuk mengevakuasi anak-anak dari kota-kota yang menjadi target Blitz. Lebih dari 3 juta anak dievakuasi dari London, Birmingham, Manchester dan Liverpool ke daerah pedesaan bahkan sampai Irlandia, Skotlandia dan Australia.

Eksperimen Selama Perang Dunia II (Dr. Golan dan Ymbrynes)

Dalam cerita, Dr. Golan adalah seorang wight atau makhluk yang memakan energi makhluk lainnya untuk memperpanjang usianya. Salah satu kemampuannya adalah mengontrol hollowgast, mahkluk ciptaan Golan yang gagal dalam The Experiment. Dia menggunakan identitas sebagai seorang psikolog berkebangsaan Jerman ketika mendekati Jacob Portman.

Merujuk pada sejarah Perang Dunia II, Jerman atau tepatnya Nazi menjalankan banyak eksperimen yang melibatkan anak-anak. Eksperimen yang paling terkenal pada masa itu yang paling mendekati dengan eksperimen Golan salah satunya adalah eksperimen Josef Mengele. Mengele adalah seorang dokter |Jerman Nazi yang melakukan eksperimennya di kamp konsentrasi Auschwitz. 

Josef Mengele dan dokumentasi para korban eksperimennya.

Mengele melakukan rekayasa genetik dalam eksperimen sterilisasi pada semua tahanan dan genetik pada anak-anak kembar.  Dia bahkan melakukan eksperimen bedah dan mutilasi organ tanpa anestesi bahkan menyuntikkan zat-zat kimia berbahaya ke dalam organ. Selain itu, ia sering membuat para tahanan masuk ke dalam air es atau air panas untuk melakukan eksperimen ketahanan tubuh terhadap suhu ekstrim. 

Para korban dari eksperimen Mengele ini memiliki cedera fisik dan mental yang luar biasa. Mereka juga mengalami gangguan kesehatan jangka panjang sehingga tidak bisa beradaptasi dengan sekitar. Itulah sebabnya hollowgast digambarkan sebagai sosok mengerikan dengan tubuh transparan sehingga organ-organnya terlihat. Mereka pun sangat berbahaya dan menjadi predator bagi anak-anak aneh. 


Jadi 5 fakta sejarah di atas yang berhasil saya kenali. Kalau teman-teman menemukan fakta lainnya dari dalam cerita seri Miss Peregrine's Home for Peculiar silakan ketik di kolom komentar ya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Warna pada Ilustrasi Buku Anak

Sumber: mandira.id Pernahkah kita bertanya "Kenapa buku anak-anak selalu penuh warna?" Bahkan, sebagai orang dewasa, seringkali kita tertarik dengan sampul-sampul buku yang berwarna-warni. Faktanya, berdasarkan penelitian, warna memang bisa merangsang kecerdasan dan literasi pada anak.  Peneliti menyebutkan anak-anak lebih mampu mengklasifikasikan dan mengembangkan konsep-konsep tertentu di dunia nyata berdasarkan warna ketimbang bentuk dan fungsi suatu objek. Mereka dapat memahami makna simbolis dan disepakati secara universal. Misalnya ketika mereka melihat tiga warna pada rambu lalu lintas. Semua orang, secara konvensional, menyepakati bahwa lampu merah menandakan berhenti, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan jalan. Konvensi ini muncul karena manusia dengan penglihatan warna normal, tidak buta warna, bisa membedakan lebih dari enam juta warna. Artinya pengenalan visual warna bisa dilakukan sejak dini, alias ketika masih bayi. Meski begitu, sistem

Membaca buku fisik di era digital, masihkah relevan?

                 Sumber: freepik.com Sejak pertama kali purwarupa komputer diciptakan di tahun 1822 oleh Charles Babbage, komputer dan media penyimpanan data sudah mengalami evolusi yang luar biasa. Di tahun 1990an, media penyimpanan terpopuler adalah floppy disk. Alhasil menyimpan data dengan ukuran besar bisa mengunakan dua atau tiga buah floppy disk. Tas kuliah atau kerja pun terasa semakin besar dan berat. Perubahan pun terjadi dengan cepat. Di era 21 ini, semua data sudah tersimpan di "awan" alias cloud storage. Semuanya menjadi cepat, mudah, dan ringkas. Apapun jenis data yang disimpan atau dibutuhkan bisa segera diakses dalam hitungan detik dimana pun kita berada. Begitu juga dengan buku yang mengalami evolusi, dari tablet tanah liat menjadi buku digital. Buku digital sudah mulai dikenal sejak akhir tahun 1990an ketika perusahaan penerbitan Peanut Press menjual buku-bukunya dalam bentuk digital. Para pembaca menggunakan sebuah perangkat cerdas bernama Perso

Psikoanalisis di Ranah Kritik Sastra? Bisa!

Foto: Lee Gatlin via Pinterest "Miss, ada kemungkinan nggak kalau Lolita itu yang mentalnya bermasalah dan bukan cuma si Humbert?" "Aku pernah baca kalau Alice itu kena schizophrenia, bener Miss?" "Miss, Dr. Jekyll itu ngalamin disassociated personality nggak sih?" Saya masih ingat banyak pertanyaan dari kawan-kawan mahasiswa ketika membahas salah satu kajian kritik sastra. Psikoanalisis. Entah kenapa kritik sastra ini pernah naik daun sampai-sampai hampir satu angkatan menggunakan pendekatan ini. Tiga pertanyaan di atas berkaitan dengan novel Lolita karya Vladimir Nabokov, Alice in The Wonderland karya Lewis Carroll dan Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson. Ketiganya memang memaparkan gejala-gejala masalah kejiwaan dalam alurnya.  Tokoh-tokoh dalam karya sastra tidak pernah memiliki jiwa, tetapi cara penulis membangun karakter dan karakterisasinya membuat mereka seolah hidup. Mereka hanyalah tokoh fiksi a