Langsung ke konten utama

Yuk Kenali Jenis Buku Untuk Si Kecil

Para ahli sepakat bahwa membacakan buku kepada anak sejak dini sangat penting dan bermanfaat. Sebagai orang tua, kita tentunya sangat memperhatikan segala hal bagi si kecil. Salah satunya adalah ketika kita memilih buku bacaannya.

Selain mempertimbangkan jenis, isi dan isu dari buku bacaan, yang tidak kalah penting adalah bahan buku itu sendiri. Buku untuk anak-anak dibuat dari material yang sangat beragam, mulai dari kain, plastik, board book dan kertas. Bagi si kecil yang berusia 0-2 tahun, pilihan bisa jadi jatuh pada soft books, bath books dan board books

            Sumber: craftlearnandplay.com

Soft Books
Si kecil bisa dikenalkan pada buku sejak dini untuk merangsang perkembangan otak dan kemampuan sensorik-motoriknya. Salah satu benda yang bisa digunakan adalah soft books atau cloth books. Buku jenis ini terbuat dari kain sehingga sangat aman bagi bayi.

Buku ini biasanya memiliki halaman yang diisi dengan berbagai tekstur dan fitur interaktif untuk mendukung pembelajaran dan perkembangan bayi. Si kecil akan terhibur dan terlibat untuk mengeksplorasi warna-warna cerah, pola, dan gambar yang menyenangkan, halaman yang berkerut, bagian buku yang bisa dibuka-tutup, ditarik atau ditekan. 

Si kecil bisa terhibur ketika melakukan tummy times. Dia juga bisa menghabiskan waktu cukup lama dengan membolak-balik halaman berulang kali untuk menjelajahi elemen sensorik buku. Buku ini aman bagi bayi 0-2 tahun, tahan lama, bisa dicuci dan dipakai berkali-kali.

Sumber: Amazon.com

Bath Books
Momen mandi tidak hanya mengeratkan hubungan antara orang tua dengan si kecil, tetapi juga sarana si kecil belajar sambil bermain. Untuk memfasilitasi ini, kita bisa menggunakan mainan atau bath books.  bisa digunakan untuk mengenalkan konsep huruf, angka, bentuk, nama-nama benda sehingga membantu mengembangkan keterampilan kognitif dan bahasanya. 

Menggunakan buku mandi saat mandi juga dapat membantu membuat pengalaman mandi lebih menyenangkan bagi anak-anak, yang dapat sangat membantu bagi anak-anak yang menolak mandi. Karenanya penting untuk kita memperhatikan material buku yang digunakan. Buku jenis ini biasanya terbuat dari material yang tahan air, dipakai berulang sambil bermain air tanpa rusak. 

Meskipun aman, tidak semua anak bisa memainkan buku ini apalagi buku yang dilengkapi dengan aksesoris kecil. Beberapa buku malah memiliki bagian yang bisa dilepas pasang sehingga yang berbahaya bagi bayi kecil. Untuk mengurangi potensi risiko tersedak atau terlilit, orang tua harus selalu mengawasi anaknya saat mandi. 

Pertimbangan penting lainnya adalah emastikan buku mandi terbuat dari bahan yang aman, seperti plastik bebas BPA atau bahan yang tidak beracun. Beberapa buku seringkali tidak mencantumkan material yang digunakan, dan sebaiknya kita tidak memilihnya.

                   Sumber: mandira.id

Board books
Board books ini terbuat dari material karton yang tebal dan kokoh. Selain material ini membuat buku tidak mudah sobek, ukuran dan bahannya sesuai untuk tangan mungil si kecil. Beberapa buku bahkan tahan air dan bisa dibersihkan menggunakan kain kering atau basah. 

Orang tua bisa menggunakan buku ini untuk mengenalkan topik atau konsep tertentu seperti jenis-jenis emosi, nama-nama benda atau lainnya. Selain itu, keterampilan pra-membaca si kecil bisa ditumbuhkan melalui pengenalan huruf dan suara. Sambil bermain pun, si kecil bisa berlatih mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus. Beberapa buku mendorong stimulasi sensorik dan mendorong anak untuk menyentuh, menelusuri, dan mengeksplorasi bagian-bagian buku.

Banyaknya jenis board book membuat kita perlu memerhatikan beberapa hal sebelum memilih dan membelinya. Kita bisa mencari buku dengan alur cerita yang jelas, dan menarik sekaligus disampaikan dengan kata-kata yang tidak terlalu panjang, di dalamnya mengenalkan konsep yang sesuai dengan perkembangan dan usia, atau ditulis dengan sajak atau lagu yang menarik. 

Buku manapun yang kita pilih, sebaiknya dibacakan bersama-sama sehingga bisa tercipta kehangatan dalam keluarga. Bermain adalah cara si kecil belajar, jadi mari kita bermain sambil belajar bersama si kecil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Warna pada Ilustrasi Buku Anak

Sumber: mandira.id Pernahkah kita bertanya "Kenapa buku anak-anak selalu penuh warna?" Bahkan, sebagai orang dewasa, seringkali kita tertarik dengan sampul-sampul buku yang berwarna-warni. Faktanya, berdasarkan penelitian, warna memang bisa merangsang kecerdasan dan literasi pada anak.  Peneliti menyebutkan anak-anak lebih mampu mengklasifikasikan dan mengembangkan konsep-konsep tertentu di dunia nyata berdasarkan warna ketimbang bentuk dan fungsi suatu objek. Mereka dapat memahami makna simbolis dan disepakati secara universal. Misalnya ketika mereka melihat tiga warna pada rambu lalu lintas. Semua orang, secara konvensional, menyepakati bahwa lampu merah menandakan berhenti, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan jalan. Konvensi ini muncul karena manusia dengan penglihatan warna normal, tidak buta warna, bisa membedakan lebih dari enam juta warna. Artinya pengenalan visual warna bisa dilakukan sejak dini, alias ketika masih bayi. Meski begitu, sistem

Membaca buku fisik di era digital, masihkah relevan?

                 Sumber: freepik.com Sejak pertama kali purwarupa komputer diciptakan di tahun 1822 oleh Charles Babbage, komputer dan media penyimpanan data sudah mengalami evolusi yang luar biasa. Di tahun 1990an, media penyimpanan terpopuler adalah floppy disk. Alhasil menyimpan data dengan ukuran besar bisa mengunakan dua atau tiga buah floppy disk. Tas kuliah atau kerja pun terasa semakin besar dan berat. Perubahan pun terjadi dengan cepat. Di era 21 ini, semua data sudah tersimpan di "awan" alias cloud storage. Semuanya menjadi cepat, mudah, dan ringkas. Apapun jenis data yang disimpan atau dibutuhkan bisa segera diakses dalam hitungan detik dimana pun kita berada. Begitu juga dengan buku yang mengalami evolusi, dari tablet tanah liat menjadi buku digital. Buku digital sudah mulai dikenal sejak akhir tahun 1990an ketika perusahaan penerbitan Peanut Press menjual buku-bukunya dalam bentuk digital. Para pembaca menggunakan sebuah perangkat cerdas bernama Perso

Psikoanalisis di Ranah Kritik Sastra? Bisa!

Foto: Lee Gatlin via Pinterest "Miss, ada kemungkinan nggak kalau Lolita itu yang mentalnya bermasalah dan bukan cuma si Humbert?" "Aku pernah baca kalau Alice itu kena schizophrenia, bener Miss?" "Miss, Dr. Jekyll itu ngalamin disassociated personality nggak sih?" Saya masih ingat banyak pertanyaan dari kawan-kawan mahasiswa ketika membahas salah satu kajian kritik sastra. Psikoanalisis. Entah kenapa kritik sastra ini pernah naik daun sampai-sampai hampir satu angkatan menggunakan pendekatan ini. Tiga pertanyaan di atas berkaitan dengan novel Lolita karya Vladimir Nabokov, Alice in The Wonderland karya Lewis Carroll dan Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson. Ketiganya memang memaparkan gejala-gejala masalah kejiwaan dalam alurnya.  Tokoh-tokoh dalam karya sastra tidak pernah memiliki jiwa, tetapi cara penulis membangun karakter dan karakterisasinya membuat mereka seolah hidup. Mereka hanyalah tokoh fiksi a