"Aduh, pakai yang mana ya? Sepatu ini empuk tapi bikin gerah. Sendal ini nyaman tapi masa pakai sendal?!" Nara berbicara seorang diri.
Tak lama dia mendengar suara peluit dari dapur. Air mandinya sudah matang. Nara mengambil sepatu sandal yang tidak dia pilih sebelumnya. Disimpannya alas kaki itu di samping meja tidurnya, tepat di bawah baju pilihannya yang tadi sudah menggantung rapi.
Nara mandi lalu bersiap diri cukup lama, pasti karena dia ingin tampil terbaik. Sekarang Nara sudah anggun memakai dress berwarna lilac yang dipadukan dengan bandu pita cantik. Nara ingin Ayah dan Bunda melihatnya sudah rapi.
Tiba-tiba hop ada seekor kucing melompat masuk dari pintu depan. Nara terkejut dan tidak sengaja tangannya menyenggol cangkir kopi Ayah. Mendengar suara nyaring, Ayah dan Bunda berbarengan mendatangi Nara di ruang tamu.
"Astaghfirullah kenapa, Ra?" tanya Bunda agak panik.
Sedetik kemudian Ayah bertanya "Kamu ada yang luka?" sambil melihat tangan dan kaki Nara.
"Nara kaget ada kucing lompat ke sini." Nara menjawab sambil menunjuk kursi.
"Ya Allah. Tapi ngga ada luka kan" Bunda bertanya lagi. Bunda sepertinya sangat kuatir, Nara mendekat lalu memeluk Bunda sambil berbisik "Jagoan masa terluka sih, Bun."
Bunda menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan. Ayah sedari tadi membereskan pecahan cangkir dan mengelap tumpahan kopi. Ayah tahu putri semata wayangnya itu anak yang kuat. Makanya sesudah melihat tidak ada luka di tubuh Nara, Ayah berjalan mengambil lap, sapu dan pengki.
Bunda mengajak Nara minum air putih di ruang makan. Bunda masih memperhatikan gerak-gerik Nara. Bunda masih cemas. Nara lalu bangkit dan mengajak Bunda ke teras rumah. Dia mencari-cari si kucing yang tadi mengejutkannya. Sangat yakin tadi si kucing itu keluar setelah melihat Ayah dan Bunda datang.
Ayah menyusul mereka ke depan sambil mengeringkan kedua tangannya. Tiba-tiba ponsel Ayah berbunyi, dia lalu sibuk memeriksa saku celana dan bajunya. Bunda tersenyum kecil dan memberikan ponsel Ayah yang ada di atas meja kopi tadi.
Nara sudah tidak sabar lagi untuk pergi menjenguk Aki dan Nini di Bandung.
Ooh rupanya itu yang membuat Nara begitu penuh perhatian dengan tampilannya hari ini.
Ayah tiba-tiba menutup pembicaraan dengan nada sedih. Ibu berdiri dan memegang tangan kanan Ayah.
"Kenapa Yah? Siapa tadi yang telpon?" Tanya Bunda.
"Bun, Nini masuk rumah sakit. Aki di rumah sendirian. Bi Inah nemenin Nini di ambulans." Ayah menjawab pelan.
Bunda lalu masuk dan tidak lama keluar dengan menarik koper di kanan dan kiri tangannya. Nara melihat Bunda, dia berlari ke dalam. Rupanya dia mengambil kunci mobil Ayah dari atas rak dan memberikannya pada Bunda.
"Ayah tau kan Nini diantar ke rumah sakit mana?"
"Iya, Edelweiss, Bun."
"Ya udah, Bunda yang nyetir ya. Ayah temani Aki di rumah sama Nara. Biar Bunda langsung nyusul ke Edelweiss setelah antar kalian ke Aki." Bunda memberi instruksi dengan tegas.
Ayah dan Nara mengikuti arahan Bunda. Ayah masuk mobil dan duduk di kursi penumpang sebelah Bunda. Nara menggeser pintu belakang, duduk lalu memasang sabuk pengaman. Nara melihat Ayah dan Bunda bergiliran. Dia tahu kedua orang tuanya sedang cemas, jadi dia berusaha untuk tidak membuat keduanya tambah cemas.
Nara mendengar Ayah dan Bunda membaca doa bersama. Dia lalu berbisik "Bismillahirrahmanirrahim." Jam di dashboard menunjukkan pukul 07.48. Sinar matahari mulai masuk ke sisi kanan mobil.
Bunda menyalakan mesin mobil. Ayah melihat posisi spion dan mengangguk pada Bunda. Dalam hatinya, Nara berdoa supaya Aki dan Nini baik-baik saja. Nara juga berdoa supaya perjalanan mereka menuju Bandung berjalan lancar. Mobil putih keluar dari garasi rumah Nara menuju rumah Aki.
Awalnya agak bertanya-tanya dg sosok Nara yang sedang bersiap di pagi hari, apa tokohnya anak kecil? Atau sudah dewasa? Dari cerita yang disajikan, pembaca dpt mengetahui bahwa karakter tokoh merupakan anak yang mandiri dan pengertian, memiliki rasa empati yang tinggi, dan (sepertinya, biasanya) tokoh anak perempuan yang mempunyai gambaran karakter seperti itu,
BalasHapusDi tengah cerita kayanya ada mitos yang dibalut dg adegan gelas pecah tidak sengaja, seakan menjadi pertanda sesuatu yg buruk akan terjadi,
di bagian akhir, finally doa Nara revealed, doa sederhana seorang cucu yang to the point untuk kakek neneknya tercinta, satu kata “Bismillaah” memberikan kesan bahwa tokoh menyikapi rasa khawatir dengan berpositif thinking pada Sang Maha Kuasa,
Cerpen ini seperti prolog dari sebuah cerita utuh atau mungkin cerbung, aku sendiri sbg pembaca penasaran dg apa yg akan terjadi selanjutnya, apa yg terjadi pada mereka sesampainya di rumah Aki.
Wah Masya Allah, makasih banyak ya komentarnya Ummi Nda 🥰
Hapus