Langsung ke konten utama

5 Istilah ini Berasal dari Karya Sastra, Apa Saja?

               Sumber: www.freepik.com

Bahasa Inggris tidak lagi hal asing dalam interaksi sosial kita di era digital. Dalam keseharian pun, tak jarang kita melesapkan bahasa Inggris. Entah sekedar untuk bergaya atau memang kita tidak menemukan padanan yang tepat dari istilah yang dimaksud. Anak-anak muda di kota-kota besar bahkan malah terpapar dengan banyak bahasa slang yang didapatnya dari berbagai media.

Sayangnya meski kita seringkali menggunakan istilah berbahasa Inggris, bisa jadi kita tidak tahu asal-usul atau artinya. Ada lima kata yang sebenarnya sudah sangat akrab di telinga kita dan sering kita gunakan ternyata berasal dari karya sastra.Artinya kata-kata tersebut dikenalkan kali pertamanya di dalam sebuah karya sastra, bahkan munculnya di abad ke-18. 

Yahoo
Kata ini pasti mengingatkan pada salah satu mesin pencari yang populer di tahun 1990an. Padahal, kata ini diciptakan oleh Jonathan Swift dalam novelnya Gulliver's Travel di tahun 1726. Yahoo digunakan untuk menyebut nama suatu ras yang menempati pulau dimana Lemuel Gulliver terdampar.

Merriam Webster menyebutkan bahwa Yahoo digunakan untuk mewakili pandangan Swift tentang umat manusia pada titik terendahnya. Maka, tidak mengherankan jika Yahoo diterapkan pada manusia nyata mana pun yang sangat tidak menyenangkan atau tidak cerdas.

Freelance
Kata sangat familiar di masyarakat dan semakin booming di masa pandemi Covid-19 lalu. Dalam bahasa Indonesia, kata ini bermakna pekerja lepas. Dengan makna yang hampir sama, kata ini diciptakan pada tahun 1809 oleh Thomas N. Brown dalam karyanya berjudul The Life and Times of Hugh Miller. Berikutnya,Sir Walter Scott pada tahun 1820 menyebut dalam novelnya Ivanhoe sebagai tentara bayaran.

Meski semula kata ini berkaitan dengan istilah militer, pada tahun 1970an freelance digunakan dalam bidang bisnis atau pekerjaan yang dapat dilakukan jarak jauh. Kondisi semacam ini memungkinkan karena pada tahun 1960an internet sudah dikenal dan dipakai secara luas di Amerika Serikat. Frank M. Niles menjadi sosok yang mengenalkan work from home (WFH) sebagai solusi mengatasi isu transportasi bagi para pekerja yang tinggal terlalu jauh dengan kantornya. 

Robot
Siapa yang tidak pernah mendengar kata robot ya di era digital ini? Meski konsepnya sudah dikenal sejak tahun 1136 oleh seorang ilmuwan muslim bernama Ismail Al-Jazari, mesin otomatis serupa robot ini masih disebut sebagai automata/automaton. Temuannya ini menjadikan Al-Jazari sebagai Bapak Robotik pertama di dunia. 

Namun, seorang penulis drama dan novelis asal Czech bernama Karel Capek Rossum yang menyebut kata robot di tahun 1920. Dia menggunakan istilah ini dalam bukunya Rossum's Universal Robots. Dengan akar kata dari "robota" yang bermakna pelayan atau budak, kata ini kemudian menjadi roboti dan robot dalam bahasa Inggris. Adapun maknanya menjadi benda yang tidak kekurangan apapun selain jiwa.

Nerd 
Sebutan untuk seorang pecinta buku alias kutu buku ini ternyata diciptakan oleh seorang penulis buku anak-anak. Theodore Geisel yang bernama pena Dr. Seuss menyebutnya pertama kali pada tahun 1950 dalam bukunya If I ran the zoo. Dia menggunakannya sebagai nama seorang tokoh yang bodoh dan konyol.

Namun seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan, kata ini mengalami pergeseran ke arah positif. Artinya seorang yang sangat menguasai teknologi, pemrograman dan mesin atau bidang pengetahuan tertentu disebut sebagai nerd. Saat ini menjadi seorang dengan julukan nerd adalah sebuah kebanggaan.

Cyberspace 
Internet yang menghubungkan berbagai jenis informasi, media dan platform secara umum dapat disebut sebagai cyberspace. Namun kata ini pertama kali diciptakan oleh William Gibson pada tahun 1984 dalam buku Neuromancer. Semula kata ini dikritik habis-habisan karena tidak mengandung makna apapun. Meski begitu, pada akhirnya kata ini tetap digunakan untuk menjelaskan berbagai fasilitas dan fitur yang terkoneksi internet.

Dalam bahasa Indonesia, padanan kata ini adalah dunia maya. Dunia maya menjadi sebuah tempat imajiner yang dipenuhi dengan data yang menjadi aset di era digital dan informasi ini. Saat ini berbagai informasi terkait hajat hidup masyarakat seperti layanan kesehatan, layanan keuangan, dan pembangkit listrik menggunakan internet untuk penyimpanan data dan komunikasi.

Pemahaman terhadap kata-kata asing akan membuat kita lebih bijak dalam menggunakannya. Tidak hanya karena terdengar keren, tetapi kita memahami makna dan tujuan penggunaan kata itu dalam berkomunikasi.

Komentar

  1. Wah sejarahnya luas juga ternyata ya. Baru tau kalau freelancer digunakan seputar militer, hihi berasa kerja di militer jadinya 🤣

    BalasHapus
  2. Weee, Baru tahu sejarahnya. Lucu juga ternyata kalau Yahoo adalah nama dari ras. Hihihi. Lebih mengagetkan tentang robot. Rupanya jauh sebelum zaman ini banyak orang yang ahli. Hehehe.

    BalasHapus
  3. Wahh keren, bener-bener pengetahuan baru. Ternyata istilah-istilah tentang teknologi bisa juga ya dari ilmu sastra. Thank you,Mbak. Bermanfaat banget infonya

    BalasHapus
  4. Menarik juga ya ternyata tiap kata tersebut memiliki sejarahnya masing-masing.

    BalasHapus
  5. Waah, informatif sekali isi kontennya. Ternyata kata-kata keren ini punya sejarahnya.

    BalasHapus
  6. Perlu berapa hari kak buat cari riset begituan? Pasti butuh banyak referensi kayaknya? Sangat informatif kak... 👍

    BalasHapus
  7. Yahoo ternyata punya masa lalu yang aku baru tau, 🙈😄

    BalasHapus
  8. Wah insigtful sekali materinya. Gak nyangka ternyata istilah cyberspace dulu sempat dikritik habis2an eh akhirnya kepake juga di masa depan wkwk. Semanga terus kaak

    BalasHapus
  9. Ga nyangka, Yahoo malah maksud awalnya untuk orang yg kurang berpendidikan 😅

    Wow ternyata istilah-istilah yg booming saat ini udah ada sejak 200 tahunan yang lalu ya. Bukan berarti para pencetus kata2 ini adalah penjelajah waktu, kan?wkwk

    BalasHapus
  10. Aku baru tau nih kak, tenang cyberspace dan sejarah freelancer yang rupanya begitu, hihi

    BalasHapus
  11. setuju sama kalimat penutupnya kak, bener banget pemahaman terhadap kata-kata asing akan membuat kita lebih bijak dalam menggunakannya. Bukan sekedar untuk saling adu keren

    BalasHapus
  12. Wahh baru tahu nih kak ada istilah baru. Cyberspace kerenn banget

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah dapat ilmu baru yang keren lagi

    BalasHapus
  14. Baru tahu asal muasal kata semuanya. Nice sharing kak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Warna pada Ilustrasi Buku Anak

Sumber: mandira.id Pernahkah kita bertanya "Kenapa buku anak-anak selalu penuh warna?" Bahkan, sebagai orang dewasa, seringkali kita tertarik dengan sampul-sampul buku yang berwarna-warni. Faktanya, berdasarkan penelitian, warna memang bisa merangsang kecerdasan dan literasi pada anak.  Peneliti menyebutkan anak-anak lebih mampu mengklasifikasikan dan mengembangkan konsep-konsep tertentu di dunia nyata berdasarkan warna ketimbang bentuk dan fungsi suatu objek. Mereka dapat memahami makna simbolis dan disepakati secara universal. Misalnya ketika mereka melihat tiga warna pada rambu lalu lintas. Semua orang, secara konvensional, menyepakati bahwa lampu merah menandakan berhenti, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan jalan. Konvensi ini muncul karena manusia dengan penglihatan warna normal, tidak buta warna, bisa membedakan lebih dari enam juta warna. Artinya pengenalan visual warna bisa dilakukan sejak dini, alias ketika masih bayi. Meski begitu, sistem

Membaca buku fisik di era digital, masihkah relevan?

                 Sumber: freepik.com Sejak pertama kali purwarupa komputer diciptakan di tahun 1822 oleh Charles Babbage, komputer dan media penyimpanan data sudah mengalami evolusi yang luar biasa. Di tahun 1990an, media penyimpanan terpopuler adalah floppy disk. Alhasil menyimpan data dengan ukuran besar bisa mengunakan dua atau tiga buah floppy disk. Tas kuliah atau kerja pun terasa semakin besar dan berat. Perubahan pun terjadi dengan cepat. Di era 21 ini, semua data sudah tersimpan di "awan" alias cloud storage. Semuanya menjadi cepat, mudah, dan ringkas. Apapun jenis data yang disimpan atau dibutuhkan bisa segera diakses dalam hitungan detik dimana pun kita berada. Begitu juga dengan buku yang mengalami evolusi, dari tablet tanah liat menjadi buku digital. Buku digital sudah mulai dikenal sejak akhir tahun 1990an ketika perusahaan penerbitan Peanut Press menjual buku-bukunya dalam bentuk digital. Para pembaca menggunakan sebuah perangkat cerdas bernama Perso

Psikoanalisis di Ranah Kritik Sastra? Bisa!

Foto: Lee Gatlin via Pinterest "Miss, ada kemungkinan nggak kalau Lolita itu yang mentalnya bermasalah dan bukan cuma si Humbert?" "Aku pernah baca kalau Alice itu kena schizophrenia, bener Miss?" "Miss, Dr. Jekyll itu ngalamin disassociated personality nggak sih?" Saya masih ingat banyak pertanyaan dari kawan-kawan mahasiswa ketika membahas salah satu kajian kritik sastra. Psikoanalisis. Entah kenapa kritik sastra ini pernah naik daun sampai-sampai hampir satu angkatan menggunakan pendekatan ini. Tiga pertanyaan di atas berkaitan dengan novel Lolita karya Vladimir Nabokov, Alice in The Wonderland karya Lewis Carroll dan Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson. Ketiganya memang memaparkan gejala-gejala masalah kejiwaan dalam alurnya.  Tokoh-tokoh dalam karya sastra tidak pernah memiliki jiwa, tetapi cara penulis membangun karakter dan karakterisasinya membuat mereka seolah hidup. Mereka hanyalah tokoh fiksi a