Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Beralih ke Popok Kain? Yuk Cari Tahu Alasannya

Foto: zerowaste.id Ketika membawa bayiku pulang dua tahun lalu, perawat di rumah bayi meminta aku dan suami menyiapkan pakaian dan popok. Sebagai orang tua baru, kami tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang seperti apa popok yang diperlukan. Perawat bayi kami menyarankan untuk membeli popok khusus Newborn . Satu pak popok newborn isi 40 ternyata harganya cukup mahal, sekitar Rp 60-75 ribu. Dalam satu hari, si bayi harus mengganti popok sebanyak 5-6 kali. Artinya, dalam satu bulan saja lebih kurangnya sekitar 150 limbah popok sekali pakai (pospak). Dana yang dikeluarkan untuk popok saja mencapai Rp.4,5 juta setiap tahunnya. Menurutku ini adalah masalah yang perlu diatasi segera. Hal yang paling menggangguku setelah itu adalah jumlah limbah popok juga cara penanganannya. Beberapa bulan berikutnya jumlah limbah popok setiap bulan berkurang secara signifikan karena aku putuskan untuk menggunakan popok kain di pagi hingga sore hari. Popok sekali pakai hanya dipakai ketik

Kemasan Sachet, Si Nikmat Membawa Sengsara

Foto: theguardian.com "Engga tau kenapa ya, kalau beli sachetan sampo, sabun, pewangi dan pelembut ko irit. Pake yang refill-an malah boros banget." "Murahan beli yang sachet." "Enggak ada yang jual ukuran gede jadi ya sachetan aja." "Praktis pake sachet tuh, tinggal srat sret." Kira-kira seperti itulah obrolan yang sempat aku simak dalam kolom komentar di salah satu aplikasi online. Mereka intinya sepakat bahwa kemasan sachet sangat membantu dan memudahkan. Dengan hitung-hitungan ala mereka, membeli serenceng sampo berisi 12 sachet berukuran kecil malah cukup untuk tiga minggu bahkan satu bulan. Satu renceng atau sepuluh sachet susu full cream ukuran 26 gram dibanderol Rp.32.000, sedangkan susu yang berukuran 195 gram dibanderol Rp.30.800. Meski berbeda sekitar Rp.1.200, banyak orang lebih memilih rencengan karena mereka merasa lebih bisa mengaturnya dengan cara membagi untuk dua kali minum.  Ironisnya, justru kemasan sachet lah y

Hotel Mooi Indie: Romantisme dan Misteri

Foto: Dokumentasi pribadi " sapa wae kang maru kudu mati ..." Pernyataan berbahasa Jawa Inggil ini terngiang setelah membaca Hotel Mooi Indie karya Sekar Ayu Asmara. Sebuah novel bergenre horor dengan tebal hanya sekitar 134 halaman ini habis kubaca kurang dari satu jam. Apakah begitu layak disebut page turner? Spoiler alert ya. Aku cukup penasaran dengan blurb yang disampaikan, apalagi penulisnya adalah seorang seniman Indonesia yang namanya melambung karena Biola Tak Berdawai . Kupikir buku ini akan cukup tebal, ternyata sangat ringan dan terbagi menjadi 26 bagian. Alur cerita yang ditawarkan menarik karena ada percampuran antara kisah di masa lalu dan masa kini yang saling muncul bergantian. Ketika membuka bagian 1, seharusnya aku menikmati saja jalan ceritanya tetapi cara penulisan cetak miring di awal cukup aneh. Beberapa bagian ditulis cetak miring, dan hanya beberapa kalimat ujaran justru tidak. Rupanya ini permainan penulis dalam menyajikan cerita. Bagi

Mangrove, Karbon Biru dan Cerita Anak Losing Mr. Shrimp

Sumber: Greeneration.org Selama ini kita mungkin hanya mengetahui bahwa penyelamat iklim di bumi adalah hutan dan pepohonan. Caranya yaitu melalui penyerapan karbondioksida dari udara oleh pepohonan dan dikembalikan ke alam dalam bentuk oksigen. Namun sejak adanya isu Kesepakatan Hijau Eropa atau Europe Green Deal di akhir tahun lalu, istilah blue carbon atau karbon biru semakin dikenal. Karbon biru ini sebenarnya adalah emisi karbon dari gas rumah kaca (GRK) yang diserap dan disimpan oleh ekosistem pesisir laut dan menjadi endapan karbon ( carbon sink ). Tidak cuma itu, karbon biru ini pun ada di kawasan mangrove, rawa pasang dan padang lamun. Manfaatnya pun tidak hanya menjaga daratan ketika air pasang, mencegah erosi pantai, menjaga kualitas air, menjadi habitat alami bagi berbagai jenis ikan, tetapi juga menjaga iklim di bumi dari pemanasan global. Mangrove atau bakau adalah salah satu jenis hutan tropis di tepian daratan dan lautan yang tergenang air pasang surut. Man

Warna Favoritmu Pengaruhi Kesehatanmu!

Sumber: Freepik.com Siapa yang masih ingat sebutan cewek kue, cewek mamba, dan cewek bumi? Sebutan ini menjadi viral di masyarakat, khususnya anak-anak muda, melalui aplikasi TikTok yang menyoroti gaya berpakaian tertentu. Trend yang muncul di tahun lalu ini mengategorikan pilihan warna seseorang menjadi tiga tipe tadi. Perempuan yang gemar memakai pakaian dan aksesoris terang, cerah, mencolok dan berwarna-warni. Padu padan ini mencuri perhatian karena meniru tampilan kue yang menarik itu sebabnya disebut cewek kue. Warna yang biasa dipilih adalah kuning, merah, ungu, atau warna-warna neon. Mereka yang memilih pakaian dan aksesoris serba hitam kapanpun dan dimanapun biasa disebut cewek mamba. Sebutan ini meniru nama seekor ular yaitu Black Mamba . Itu sebabnya para cewek mamba cenderung memilih gaya edgy atau street style . Berbeda dengan kedua tipe di atas, sebutan cewek bumi adalah mereka yang memilih warna-warna tenang dan membumi seperti pastel atau gradasi warna

Belajar Urban Farming Bersama Sumi

Sumber: Letsreadasia.org Sumi menemukan bahwa tanaman yang dirawatnya kurus, daunnya menguning, dan tampak layu. Berbeda dengan tanaman di atap rumah Mbak Kinan. Semua tanamannya segar dan subur, bahkan sebentar lagi tanamannya dipanen.  Mba Kinan bersama teman-temannya adalah mahasiswa sekaligus pengusaha sayuran. Mereka menjual sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, dan lainnya. Sumi tertarik untuk bercocok tanam seperti Mbak Kinan sehingga dia diajari mulai dari menanam benih.  Sumi diajari cara menyiapkan media tanam seperti tanah dan pupuk. Akhirnya Sumi mengerti penyebab tanaman miliknya tidak bagus, tanah di rumah Sumi tidak gembur. Mbak Kinan membekali Sumi dengan benih bayam dan pupuk untuk ditanamnya di rumah. Kurang dari satu bulan, Sumi dan keluarganya bisa memanen dan menikmati sayuran hasil panennya sendiri. Di atas adalah cerita anak berjudul Cepatlah Tumbuh karya Fransisca Emilia. Cerita ini mengajarkan anak-anak, khususnya, dan orang dewasa tentang salah

Doa Nara

Sumber: Jcomp via Freepik.com Pagi-pagi sekali Nara sudah menyiapkan air panas untuknya mandi. Lalu, dia bergegas menyiapkan pakaian terbaik sambil sesekali melihat jam dinding di kamarnya. Oh, alas kaki. Nara belum menyiapkannya. Dia teringat lalu setengah berlari ke kamar belakang mencari alas kaki yang pas.  "Aduh, pakai yang mana ya? Sepatu ini empuk tapi bikin gerah. Sendal ini nyaman tapi masa pakai sendal?!" Nara berbicara seorang diri. Tak lama dia mendengar suara peluit dari dapur. Air mandinya sudah matang. Nara mengambil sepatu sandal yang tidak dia pilih sebelumnya. Disimpannya alas kaki itu di samping meja tidurnya, tepat di bawah baju pilihannya yang tadi sudah menggantung rapi. Nara mandi lalu bersiap diri cukup lama, pasti karena dia ingin tampil terbaik. Sekarang Nara sudah anggun memakai dress berwarna lilac yang dipadukan dengan bandu pita cantik. Nara ingin Ayah dan Bunda melihatnya sudah rapi.  Tiba-tiba hop ada seekor kucing melompat masuk d

Kenapa Tikus Selalu Ada Dalam Sastra Anak?

Sumber: Alekuwka via Dreamstime.com Salah satu buku kesukaan Rayya adalah Wild Symphony karya Dan Brown. Sebuah buku anak dengan genre puisi yang penuh teka-teki. Sang narator adalah seekor tikus bernama Tikus Musikus yang berperan sebagai seekor konduktor. Iya betul, konduktor dalam sebuah orkestra musik. Di dalam versi asli berbahasa Inggris, si Tikus bernama Maestro Mouse . Si Tikus Musikus ini bertugas juga memandu kita sebagai pembaca dalam petualangan menemui para anggota orkestra. Dia mengajak pembaca berpetualang ke pekarangan belakang rumah, ke hutan tropis, Savana, bahkan ke kedalaman laut. Artinya di sini, tikus menjadi sosok yang berkelas, berbakat, berpengetahuan dan cerdas. Rayya juga suka sekali dengan pakaian Mickey Mouse-nya yang meski sudah kekecilan tetap saja ingin dipakainya. Dia bilang Tikus Musikus dan Mickey Mouse itu lucu. Sampai satu waktu dia melihat wujud tikus secara langsung. Reaksinya antara terkejut, penasaran, takut dan berujung menangis. M

Rileks Dengan Gaya Hidup JOMO

Sumber: Freepik.com Beberapa tahun lalu, sekitar 2019, ramailah media sosial dengan tagar FOMO alias Fear of Missing Out . Sebuah istilah yang sebenarnya dimunculkan oleh seorang penulis bernama Patrick J. McGinniss sejak 2004. Namun istilah ini digunakan secara luas pada 2010. Definisi sederhana dari FOMO adalah ketakutan atau kecemasan akan tertinggal akan informasi, kegiatan atau hal-hal lain yang dianggap trending. Perasaan semacam ini semakin menekan para pengguna media sosial berusia remaja dan dewasa muda, meski orang dewasa pun sangat bisa mengalaminya. Ternyata kondisi ini adalah gangguan psikologis yang dipicu oleh rasa terancam atau keharusan bertahan hidup pada bagian amygdala. FOMO terkesan menuntut seseorang untuk mengikuti dan/atau terlibat dengan setiap perbicangan atau kegiatan-kegiatan yang ramai dibicarakan secara daring. Atau, kita merasa tidak dilibatkan dalam berbagai hal di lingkungan pertemanan. Meski tidak melulu disebabkan oleh tayangan di media so

Akankah Kunang-kunang Menjadi Mitos?

Sumber: Quadcitiesdaily.com Beberapa malam lalu, anak 2 tahunku, Rayya, bertanya tentang kunang-kunang. Dia mengetahui tentang nama serangga itu dari sebuah buku, katanya "ada senter di pantatnya". Aku juga jadi teringat kapan kali terakhir melihat kunang-kunang di alam bebas. Kalau tidak salah ingat, aku melihatnya bergerombol sekitar tahun 2005 di perbukitan daerah Timur kota Bandung. Beberapa tahun yang lalu, aku juga sempat melihatnya di taman dekat area pemakaman. Itu mungkin sebabnya di daerahku kunang-kunang sering disebut sebagai wujud dari kuku orang meninggal. Setelah itu, rasanya tidak lagi ada kunang-kunang yang terbang bebas. Aku penasaran dan mencari tahu tentang kunang-kunang di berbagai portal media. Di sana aku menemukan bahwa kunang-kunang adalah serangga yang masuk ke dalam jenis kumbang. LiveScience menjelaskan kunang-kunang bisa bercahaya karena kumbang ini memiliki pigmen luciferin. Pigmen ini kemudian menghasilkan cahaya ketika bercampur den

Semua untukmu, Pak

Hujan masih mengguyur, Gani yang kelelahan setelah seharian memikul karung sudah mulai terkantuk-kantuk di bawah lampu tempel tua milik ayahnya. Jika banyak anak muda seusianya tidur dengan keremangan lampu tidur, aromaterapi yang menenangkan dan hangatnya selimut, Gani harus puas dengan bau menyengat dan sarung tipis yang sudah kependekan. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya tidak lagi dihiraukan, seolah mereka memang sudah menjadi bagian dari ritual tidurnya. Beberapa kali Gani melihat seekor kecoa melintas di antara kakinya. Kaki-kaki kecilnya bersentuhan lembut dengan rambut kaki Gani, sesekali dia tersenyum karena rasa geli. Harusnya ku bunuh saja kecoa sialan itu. Kaki kanannya menepis si kecoa yang berlalu dengan cepat ke dalam tumpukan kardus. Entah apakah iba atau jijik yang dirasakan Gani ketika melihat serangga itu. Iba karena mereka berkehidupan serupa. Jijik karena makhluk kecil itu terbiasa menelesak dan memungut makanan dari berbagai jenis sampah.  Gani menggosok kedua t

Kontroversial, 5 Buku Ini Malah Jadi Best Seller

Dalam sejarah literasi dunia, pembakaran dan pelarangan buku sudah terjadi berulang kali.  Pelarangan dan penghancuran buku pertama dalam sejarah manusia tercatat pada tahun 4000 SM. Para arkeolog menemukan banyak artefak berupa tablet yang pecah atau hancur.  Perpustakaan Alexandria di Mesir Selatan adalah perpustakaan yang dibangun dinasti Ptolemaic, keluarga Cleopatra. Perang saudara antara Cleopatra dan saudaranya Arsinoe pecah di Mesir membumi hanguskan sekitar 40.000 buku. Perpustakaan Alexandria ini akhirnya hancur pada tahun 389 M. Pelarangan dan pembakaran buku terus berlanjut ke seluruh penjuru dunia. Bahkan di Tiongkok di bawah Zhao Zheng atau Shih Huang Ti menyetujui  pembakaran semua buku kecuali buku-buku pertanian, kedokteran, dan astrologi. Sejarah tragis ini terus terjadi hingga era digital ini. Indonesia, di bawah pemerintahan Orde Lama pun sempat melakukan pelarangan  melalui UU No. 4 tahun 1963 yang membuat Kejaksaan Agung punya “hak” untuk melarang buku dan semua b

Yuk Kenali Jenis Buku Untuk Si Kecil

Para ahli sepakat bahwa membacakan buku kepada anak sejak dini sangat penting dan bermanfaat. Sebagai orang tua, kita tentunya sangat memperhatikan segala hal bagi si kecil. Salah satunya adalah ketika kita memilih buku bacaannya. Selain mempertimbangkan jenis, isi dan isu dari buku bacaan, yang tidak kalah penting adalah bahan buku itu sendiri. Buku untuk anak-anak dibuat dari material yang sangat beragam, mulai dari kain, plastik, board book dan kertas. Bagi si kecil yang berusia 0-2 tahun, pilihan bisa jadi jatuh pada soft books , bath books dan board books .              Sumber: craftlearnandplay.com Soft Books Si kecil bisa dikenalkan pada buku sejak dini untuk merangsang perkembangan otak dan kemampuan sensorik-motoriknya. Salah satu benda yang bisa digunakan adalah soft books atau cloth books. Buku jenis ini terbuat dari kain sehingga sangat aman bagi bayi. Buku ini biasanya memiliki halaman yang diisi dengan berbagai tekstur dan fitur interaktif untuk mendukung p

Dee Lestari, Sang Multitalenta Nan Inspiratif

              Sumber: www.deelestari.com Nama dan sosok Dee Lestari sudah tidak asing di dunia hiburan dan penulisan Indonesia. Bernama lengkap Dewi Lestari, Dee adalah putri keempat dari Yohan Simangunsong dan Tiurlan Siagian. Lahir di Bandung pada 20 Januari 1976, perempuan yang kini berusia 47 tahun tumbuh besar dalam lingkungan seni. Dee bersama ketiga saudara perempuannya yang juga aktif di bidang seni sudah terlibat di dunia musik, seni dan menulis. Di masa kecilnya, Dee sendiri sudah aktif dalam dunia musik dan berlatih vokal bersama beberapa pelatih, salah satunya adalah Elfa Secoria. Berpengalaman sebagai penyanyi latar untuk para musisi papan atas Indonesia seperti Chrisye, akhirnya Dee, Sita dan Rida membuat rekaman album pertamanya. Ketiganya tergabung dalam sebuah grup bernama RSD. Bagi Dee bekerja sama dengan Sita tidak asing karena mereka adalah rekan menyanyi sejak kecil. Sementara Rida menjadi rekan barunya yang direkomendasikan oleh Andre Hehanusa. RSD

Berlangganan Netflix? Hati-hati Netflix Streaming Syndrome

              Sumber: www.mobiflip.de Internet memungkinkan kita untuk tidak hanya berselancar mencari informasi, melainkan juga mendapat hiburan. Kita bahkan bisa menonton film-film terbaru atau justru yang lawas di sana. Program-program televisi yang semula sering kita tonton perlahan tidak lagi menarik perhatian. Tayangan streaming di internet dianggap jauh lebih menarik. Salah satu penyedia layanan hiburan di internet ini adalah Netflix. Semua pelanggannya bisa menikmati beragam genre tontonan dimana dan kapanpun. Mereka bisa menikmatinya lewat ponsel, tablet, laptop , komputer atau televisi digital. Kepuasan mereka terjawab oleh Netflix yang semula adalah penyedia sewa DVD via surel. Netflix yang menawarkan layanan menonton film sepuasnya dengan cukup berlangganan setiap bulan berhasil menggeser tren penyewaan DVD. Selama lockdown pandemi Covid-19, terjadi lonjakan pelanggan Netflix. Katadata.co.id menunjukkan bahwa selama pandemi pelanggan barunya mencapai 36,6 juta

5 Alasan Pentingnya Mempelajari Sastra

             Sumber: www.freepik.com Sering juga ya ketika kita menonton film drama kerajaan yang memperlihatkan para anggota keluarganya belajar sastra dan filsafat. Mereka malah diwajibkan membaca, menghafal dan memahami semua karya sastra klasik. Tujuannya agar mereka menjadi seorang pribadi dan pemimpin yang berbudi pekerti dan berpengetahuan.  Lalu di era post-mo ini, apakah fungsi mempelajari sastra masih sama seperti dulu? Meski zaman sudah berubah dan peradaban manusia berkembang pesat, sastra masih memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Sastra menjadi sebuah refleksi tidak hanya hidup manusia, tetapi juga pikiran dan jiwanya. Sebagai seorang yang hidup di era digital dan informasi ini, kita perlu mempelajari sastra. Selain untuk refreshing dan sekedar hobi, ada lima alasan pentingnya sastra dalam hidup kita. Mendorong kreativitas dan imajinasi World Literacy Foundation menyebutkan cara terbaik untuk menumbuhkan imajinasi adalah aktivitas membaca. Ketika mem

5 Istilah ini Berasal dari Karya Sastra, Apa Saja?

               Sumber: www.freepik.com Bahasa Inggris tidak lagi hal asing dalam interaksi sosial kita di era digital. Dalam keseharian pun, tak jarang kita melesapkan bahasa Inggris. Entah sekedar untuk bergaya atau memang kita tidak menemukan padanan yang tepat dari istilah yang dimaksud. Anak-anak muda di kota-kota besar bahkan malah terpapar dengan banyak bahasa slang yang didapatnya dari berbagai media. Sayangnya meski kita seringkali menggunakan istilah berbahasa Inggris, bisa jadi kita tidak tahu asal-usul atau artinya. Ada lima kata yang sebenarnya sudah sangat akrab di telinga kita dan sering kita gunakan ternyata berasal dari karya sastra.Artinya kata-kata tersebut dikenalkan kali pertamanya di dalam sebuah karya sastra, bahkan munculnya di abad ke-18.  Yahoo Kata ini pasti mengingatkan pada salah satu mesin pencari yang populer di tahun 1990an. Padahal, kata ini diciptakan oleh Jonathan Swift dalam novelnya Gulliver's Travel di tahun 1726. Yahoo digunakan un

3 Keterampilan Literasi Digital di Era Informasi

                Sumber: www.freepik.com Pandemi Covid-19 di awal 2020 hingga 2022 meningkatkan penggunaan internet secara masif di seluruh dunia. Datareportal.com menyebutkan pemberlakuan aturan lockdown meningkatkan durasi pemakaian internet menjadi sekitar enam jam per hari. Hingga Januari 2023, pemakaian internet di seluruh dunia masih berada di kisaran 6 jam 37 menit. Di Indonesia sendiri, masyarakat menggunakan internet selama 7 jam 42 menit setiap harinya. Para pekerja terpaksa bekerja dari rumah, begitu juga dengan para pelajar menggunakan jaringan internet. Pelaksanaan kelas jarak jauh sebenarnya bukan fenomena baru dalam bidang pendidikan, cuma Indonesia baru saja menerapkan secara masal di periode ini. Para pelajar dituntut untuk memiliki perangkat yang terkoneksi internet untuk bisa mengikuti pembelajaran. Yang menjadi perhatian adalah angka literasi digital Indonesia kemudian mengalami peningkatan dari 3,44 pada 2021 menjadi 3,52 pada 2022 (Katadata.co.id). Peni